Wednesday, February 19, 2014

Radio

“Selamat pagi listeners, jumpa lagi bersama saya Sandra.”
“Dan saya Lala di acara MM, Morning Music. Nah untuk membuka acara ini biar lebih fresh, kayaknya enak nih kalau denger lagu Dari hati dari Club Eighties. Gimana ?
 “Bener banget tuh La, Oke deh, kalau gitu langsung aja ini dia Dari hati dari Club Eighties, check this out.” Rutinitas pagi, seperti biasanya. Tak ada yang berbeda. Hampa.

“San, udah sarapan belum ? nih aku bawain nasi goreng.” Lala menarikku kembali dari lamunan.
 “Thanks banget ya La, tau aja aku belum sarapan.” Aku tersenyum tipis padanya. Lala melihatku dengan serius, seolah ia tahu sesuatu terjadi pada diriku.
 “San, kamu baik-baik aja kan ? Ribut lagi sama Doni ya ?” Lala memegang pundakku penuh perhatian. Lala emang temen yang paling ngertiin aku.
 “Bukannya emang udah biasa ya La ? rutinitas.” Aku menghela nafas dan memulai makan.
 “Sandra, sekarang tanggal berapa ? udah tanggal 12 maret. Minggu depan kamu nikah kan ? kenapa sih ribut terus ?”
 “Aku juga nggak tau La, aku cuma ngerasa nggak yakin sama semua ini. Bukan keinginanku buat nikah secepet ini sama dia. Kita baru pacaran 5 bulan La. 5 bulan.” Aku memalingkan wajahku dari Lala.
 “Kangen sama Andre ya ?” Lala melihatku penuh tanya. Kali ini aku kehilangan kata-kata. Aku tidak bisa menjawabnya. Entah karena aku tidak ingin mendengar namanya atau mungkin yang dikatakan Lala memang benar. Aku tidak tahu. Aku lebih memilih untuk melanjutkan siaran pagi ini.
 “Kembali lagi bersama saya Sandra dan “ “Lala di MM, Morning Music. Sekarang kita lagi nunggu penelpon nih.”
 “Jadi buat kalian yang pingin titip salam atau request lagu, bisa banget, disini tempatnya.”
 “San, ada penelpon tuh. Halo selamat pagi di Morning Music ?”
 “Pagi, Lala, dan… Sandra. Bisa request lagu nggak ?” Suara ini, aku seperti mengenalnya.
 “Bisa kok bisa, sebelumnya dari siapa dimana ?” Lala selalu terlihat antusias saat menyapa para listeners.
 “Andre, dimanapun aku berada aku tetap Andre. Nggak pernah berubah.” Aku terdiam. Andre ? ngapain dia telpon ?
 “Oke, Andre yang berada dimana-mana, mau request lagu apa nih ?” Sepertinya Lala menyadari kekacauanku, dia segera mengambil alih peranku.
 “If you’re not the one dari Daniel Bedingfield sama Orang Ketiga dari Hivi.”
 “Mau titip salam nggak ? buat siapa gitu, pacar, temen, keluarga ?” La, kayaknya kali ini kamu buat kesalahan deh.
 “Iya, buat seseorang yang saat ini menolak untuk bicara. Aku cuma mau bilang kalau aku sayang banget sama dia. Aku pingin dia tahu kalau aku nggak pernah ninggallin dia, waktu itu aku memang ada banyak kerjaan dan nggak sempat ngabarin dia. Dan Deandra itu cuma sekretarisku, nggak lebih. Kalau Deandra bilang sesuatu yang enggak-enggak, aku minta maaf. Seandainya dia mau kembali.” Aku meneteskan air mataku. Aku merasa bodoh banget. Kenapa waktu itu aku sama sekali nggak mau denger penjelasan dia ? Kenapa aku sama sekali nggak berpikir kalau sekretaris ganjen itu bohong ? Aku nyesel ndre.
 “Andre, kamu dimana sekarang ?” Lala kali ini terlihat sangat serius dengan ucapannya.
 “Ada di rumah, kenapa ?”
 “Jangan kemana-kemana, ya udah listeners biar nggak garing, mending aku puter lagu Jujur saja dari Anderta. langsung aja ya check this out.” Lala berdiri dari tempat duduknya. Ia mengambil tasku dan menyerahkannya padaku. Aku tidak mengerti kenapa dia melakukan ini padaku.
 “San, Kamu boleh pergi.” Aku memeluk Lala. Ia tersenyum padaku seolah memberi kekuatan. Ya kekuatan untuk memutuskan apa yang memang seharusnya sudah kulakukan dari dulu. Aku segera mengambil ponselku.
 “Don, maaf. Aku nggak bisa meneruskan semua ini. Bukan kamu orang yang aku harap mendampingiku di pelaminan. Tapi Andre. Maaf.”


Yogyakarta, 9 februari 2014

0 komentar:

Post a Comment